Selong – Fakultas Teknologi Pertanian Bogor (IPB), Salman, mengungkapkan kekecewaannya terkait perubahan yang terjadi di fakultasnya.
Salman yang ditemui Tempo di Aula IPB International Convention Center, Bogor, pada Senin (9 Juni 2025), menyatakan, “Ini berarti sudah tidak ada demokrasi sama sekali. Kami tidak pernah dilibatkan. Tiba-tiba pihak dekan bilang, ‘besok nama kita sudah berubah jadi sekolah teknik’.”
Perubahan ini menimbulkan ketidakpuasan di kalangan mahasiswa, terutama dari program studi (prodi) Teknologi Pangan. Menurut Salman, mayoritas mahasiswa dari prodi ini menolak perubahan tersebut. Hal ini disebabkan oleh perbedaan mendasar antara jurusan teknologi pangan dan teknik pangan, terutama dalam hal kurikulum dan orientasi ilmu yang diajarkan.
Perbedaan Antara Teknologi Pangan dan Teknik Pangan
Salman menjelaskan bahwa jurusan teknologi pangan lebih fokus pada pengolahan bahan pangan dan pemahaman tentang produk pangan itu sendiri, sedangkan teknik pangan lebih mengarah pada aspek rekayasa dan pengolahan teknik industri pangan. “Dari kurikulum lain sekali. Kalau teknik itu lebih engineering-nya. Kalau teknologi pangan itu lebih ke bahan pangan,” kata Salman.
Bagi mahasiswa dari prodi Teknologi Pangan, keputusan untuk menggabungkan fakultas mereka ke dalam naungan sekolah teknik bisa sangat berdampak. Terlebih lagi, Salman menekankan bahwa sebagian besar mahasiswa Fateta berasal dari jurusan Teknologi Pangan (Tepang).
Reaksi Mahasiswa dan Penolakan terhadap Keputusan Sepihak
Salman juga membantah pernyataan dari pihak dekan yang menyebutkan bahwa tidak banyak mahasiswa yang berminat pada prodi Teknologi Pangan. “Mahasiswa Tepang (Teknologi Pangan) sekitar 150-an orang. Artinya sebagian besar dari Tepang,” tegasnya.
Penolakan ini menunjukkan adanya ketidakpuasan besar di kalangan siswa, yang merasa bahwa keputusan penting mengenai masa depan pendidikan mereka telah dibuat secara sepihak tanpa diskusi atau pertimbangan dari pihak yang paling terdampak—mahasiswa itu sendiri.

Keputusan perubahan ini juga menambah ketegangan antara pihak mahasiswa dan pihak rektorat/dekanat IPB, yang dalam beberapa kesempatan dinilai lebih fokus pada aspek administrasi dan pengelolaan institusi daripada mendengarkan suara dan kebutuhan mahasiswa sebagai elemen utama dalam dunia akademik.
Baca Juga : Klasemen F1 2019 Usai Bottas Menangi GP Australia
