
Tekanan angin ban mobil memegang peran penting dalam keselamatan dan kenyamanan berkendara. Sayangnya, masih banyak pengendara yang kurang memperhatikan hal ini. Ban yang terlalu keras maupun terlalu empuk sama-sama memiliki risiko berbahaya bagi kendaraan dan penumpang.
Tekanan udara ban mobil tak jarang dianggap sepele oleh sebagian pengemudi. Padahal, ketidaksesuaian bisa berdampak langsung pada kenyamanan dan keselamatan berkendara.
Menurut Fachrul Rozi, Product Marketing Manager Michelin Indonesia, tekanan ban yang tidak sesuai standar pabrikan akan menimbulkan sejumlah risiko.
“Jika tekanan terlalu keras, area kontak ban dengan aspal menjadi lebih sempit sehingga grip berkurang dan mobil terasa lebih keras saat melintasi jalan bergelombang. Sementara jika terlalu empuk, ban bisa cepat aus di sisi luar dan konsumsi bahan bakar meningkat karena beban kerja mesin lebih berat,” kata Rozi kepada
Risiko Ban Terlalu Keras
Ban yang diisi angin terlalu tinggi memang terasa lebih ringan saat dikemudikan, namun bisa membuat bantingan mobil menjadi keras. Selain itu, kontak ban dengan jalan menjadi berkurang sehingga daya cengkeram berkurang, terutama saat melintasi jalan licin. Ban juga lebih cepat aus di bagian tengah.
Risiko Ban Terlalu Empuk
Sebaliknya, ban dengan tekanan angin yang terlalu rendah membuat mobil terasa lebih berat dan boros bahan bakar. Risiko lain adalah ban menjadi cepat panas, mudah pecah, dan aus di bagian sisi. Kondisi ini sangat berbahaya ketika mobil dipacu dengan kecepatan tinggi.
Tekanan Ideal Ban Mobil
Setiap mobil memiliki standar tekanan angin ban yang berbeda, biasanya tercantum pada stiker di pintu pengemudi atau buku manual kendaraan. Pemilik mobil disarankan rutin memeriksa tekanan ban minimal sebulan sekali atau sebelum perjalanan jauh.